Minggu, 05 Oktober 2014

Fieldtrip bagian 2

Hai teman-teman, ini adalah sebagian dari hasil wawancara saya dan kelompok di kampung betawi Kamis lalu.
Silahkan dilihat :)
Dan di bagian bawahnya juga ada refleksi singkat saya mengenai acara ini.






Penjual pertama yang kami datangi adalah penjual es doger. Beliau bernama Irman, berumur 25 tahun. Ia baru berjualan sejak tujuh bulan yang lalu. Sebelumnya, ia bekerja sebagai tukang kayu. Menurutnya, jualannya hanya ramai kalau hari libur tiba. Penghasilan yang didapat juga masih bergantung pada keramaian tersebut. Ia sudah berkeluarga dan mempunyai seorang anak perempuan.

Kemudian kami menjumpai Pak Mawar, seorang penjual umang beserta rumah-rumahannya. Umur beliau 66 tahun, sudah bekerja disini selama empat tahun. Beliau pindahan dari padang, dan pindah ke tempat ini bersama dengan keluarganya. Ia meneruskan usaha orangtuanya. Kami lalu diberi tahu beberapa hal mengenai umang, harganya, cara perawatan, dll. 

Berjalan lagi, lalu kamu menemui penjual kain batik khas betawi, Hj. Oni. Ia menjadi penjual satu-satunya di kampung ini, bekerja sama dengan pembatik setempat. Beliau memiliki empat orang anak dan mengaku senang dengan suasana ramah para penduduk dilingkungan ini.

Kemudian kami bertemu Ibu Siti, pemilik salah satu warung. Ia telah berjualan selama sepuluh tahun, meneruskan usaha orang tuanya yang memang asli betawi. Ia menjual Bir Pletok, minuman khas betawi yang terbuat dari rempah-rempah, dan kerak telor. Disinilah saudara Ibu Siti mengajari saya membuat kerak telor.


Kami juga sempat melirik ke para pengrajin batik. Dan pada kesempatan tersebut, ada Ibu Dinas pariwisata dan kebudayaan yang sedang melihat-lihat kegiatan workshop membatik. Pada perjumpaan kami dengan para panitia, kami hanya mengambil foto saja. Tidak banyak sharing kebudayaan yang kami dapatkan, karena sedang saat istirahat jumat-an.

Walaupun begitu, ada sekilas yang dijelaskan tentang efek modernisasi terhadap budaya yang ada. Kampung ini masih bertahan dan berusaha untuk melestarikan dan mempertahankan tradisi turun temurun. Kampung ini juga di-support oleh departemen kebudayaan dibuktikan dengan adanya acara berkaitan dengan enjoy Jakarta.

Akan tetapi, saya rasa penataan warung-warung bisa lebih rapih dan bersih lagi.
Nah, selain para pedagang, kami juga ditugaskan untuk mewawancara kelompok marinir yang sedang berlatih. Dari hasil wawancara kelompok kami, saya dapat menyimpulkan kalau mereka dilatih untuk mempunyai ketangguhan, kesabaran, daya juang, dengan latihan keras, yang tidak menghalangi mereka untuk tetap berusaha.

REFLEKSI FIELD TRIP - pesan dan kesan

SERU LAH hahaha, banyak juga pelajaran dari pengalaman para pedagang yang kita wawancara. Apalagi melihat mereka saling mendukung satu dengan yang lain. Semoga acara seperti ini terus dilanjutkan ya:) karena membantu mahasiswa mengerti lebih dalam mengenai materi dan juga dapat berekreasi sejenak. 

Untuk hal lain seperti makanan, transport, dan tempat cukup memadai dengan biaya yang terjangkau ....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar