Rabu, 01 Oktober 2014

Manusia : Pengetahuan dan Intelegensi


Pertemuan kesembilan

Pada pertemuan ini kami ditugaskan untuk menyarikan materi dari buku dan membuat presentasi. Kelompok kami akhirnya mendapat giliran presentasi walaupun diakhir kelas dan sebelumnya sempat mengalami kendala teknis. Slide presentasi dan pertanyaan hasil presentasi akan di post setelah ini ya...

Materi Pembahasan

Kompleksitas Pengetahuan Manusia
Pengetahuan merupakan nilai bagi makhluk yang mempunyainya dan merupakan suatu kekayaan dan kesempurnaan.
Pengetahuan kita adalah sekaligus inderawi dan intelektif.


Ia dikatakan inderawi lahir atau luar kalau ia mencapai secara langsung kenyataan yang mengelilingi kita dan dinamakan indrawi batin ketika ia memperlihatkan pada kita apa yang tidak ada lagi atau yang belum pernah ada maupun yang terdapat di luar jangkauan kita.
Pengetahuan adalah perseptif ketika ia muncul secara spontan, memungkinkan kita untuk menyesuaikan diri kita secara langsung dengan situasi yang ada.
Pengetahuan adalah reflektif ketika ia membuat objektif kodrat dari manusia realitas apa pun juga, dan mengungkapkannya baik dalam bentuk ide, konsep, definisi dan putusan maupun bentuk lambang, mitos atau karya seni.
Pengetahuan adalah diskursif ketika ia memperhatikan suatu objek dari benda, kemudian suatu aspek yang lain, pergi dan datang dari keseluruhan bagian-bagiannya.
Pengetahuan adalah induitif ketika ia menangkap atau memahami secara langsung benda atau situasi dalam salah satu aspeknya.
Berintiusi biasanya berarti melompat dari suatu unsure atau tanda langsung ke kesimpulan. Langkah-langkah yang harus dilewati berkat refleksi, deduksi dan analisis, antara titik tolak suatu maslah dan pemecahannya, dilompati.
Pegetahuan adalah induktif ketika ia menarik yang universal dari yang individual. Ia adalah deduktif ketika, sebaliknya, ia menarik yang individual dari yang umum atau universal. Pengetahuan adalah kontemplatif ketika ia mempertimbangkan hal-hal dalam dirinya sendiri dan untuk dirinya sendiri. Pengetahuan adalah spekulatif ketika ia mempertibangkan hal-hal dalam ide-ide atau konsep-konsep tentang hal-hal itu. Pengetahuan adalah praktis kalau ia mempertimbangkan hal-hal tentang pengunaannya.
Pengetahuan juga bersifat sinergis apabila ia menggunakan seluruh keadaan dari subjek (yang sedang mengetahui), keseluruhan yang dikoordinasikan dari anggota-anggotanya.
Karena kompleksitas pengetahuan maka tidak baik kalau pengetahuan manusia direduksikan kepada salah satu caranya atau menekankan kepada salah satu caranya.
Pengetahuan bagi subjek secara hakiki berupa bereksistensinya subjek dalam hubungan dengan sebuah objek, sehingga objek itu dengan eksistensi dan kodratnya, menjadi hadir dan nyata pada subjek.
Pengetahuan adalah kegiatan yang menjadikan suatu realitas itu, bukan hanya kesadaran yang mengerti kehadiran atau keberadaan hubungan antara subjek dan objek saja.

Arti Pengetahuan
Arti pengetahuan adalah suatu kegiatan yang mempengaruhi subjek (yang mengetahui) dalam dirinya. Pengetahuan adalah suatu ketentuan yang memperkaya dan mengembangkan eksistens. Mengetahui merupakan kegiatan yang menjadikan subjek berkomunikasi secara dinamis dengan eksistensi dan kondrat dari “ada” benda-benda. Pengetahuan dapat dikatakan pula relasional, membahas hubungan yang satu dengan sesuatu yang lain. Pengetahuan bias dikatakan pula trans-subjektif, menjadi kegiatan yang membuat orang keluar dari keterbatasan-keterbatasannya.

Andaikan Pengetahuan
  1. Dari Segi Subjek
pengetahuan yang mencampai kesempurnaan dikarakterisasikan oleh hal berikut:
    1. Keterbukaan, dapat menjadi sadar akan eksistensi dan kodrat realitas.
    2. Kemampuan menyambut, objek yang dikenal mempengaruhi eksistensi subjek sendiri dan tinggal dalam bentuk gambar, ingatan dan ide.
    3. Interioritas, adanya tempat dalam si pengenal dalam dirinya, semakin banyak interioritas semakin banyak ia bisa ketahui.
Akar asal semua karakter itu adalah dimensi supramaterial (immaterialitas) si pengenal. Immaterialitas yang dinikmati suatu “pengada” merupakan akar dan ukuran dari pengetahuan yang dikuasainya.
2.     Dari  Segi Objek
Objek menjadi yang dikenal, dengan menyatakan dirinya pada salah satu pihak membuat kesan (atau mempengaruhi) subjek. Suatu realitas bisa mempengaruhi lainnya, hanya sejauh ia distruktur, ditentukan, sejauh ia mempunyai bentuk yang memberikan kepada fisionomi khasnya sehingga dapat dibedakan dari yang lain.

Apakah yang menyebabkan sesuatu menjadi diketahui, ialah bentuk atau esidosnya atau morphe (Yunani) , species (Ltn), yang berarti aspek dri satu benda dan apa yang dibentuk oleh benda itu dan apa yang memberikan kepadanya dalam keadaan khas.
Bentuk dari suatu benda menunjukkan kepada kita orientasi, tujuan dan arti benda itu. Dari bentunya benda menerima baik “ada” maupun donamisme dari tujuan khas. Akibatnya mengerti bentuk dalam arti eidos (konsep, gagasan) suatu objek adalah juga menangkap orientasi dan signifikasi, adalah mengerti mengapa dan untuk apa dia dibuat.

Filosuf kontemporer : pengetahuan sebagai tangkapan arti atau signifikansi suatu keadaan, daripada tangkapan bentuknya, keduanya bersamaan saling melengakapi.
Watak kodrati pengetahuan manusia yang paling tinggi, yaitu pengetahuan intelektif, maka perlu dilengkapi dengan “manusia mengerti”.


Bukan Intelegensi Manusia
Pengetahuan manusia adalah sekaligus indrawi dan intelektif. Akulah yang berintelegensi dengan melihat dan yang melihat dengan intelegensi. . Pengetahuan inderawi dan pengetahuan intelektif bersifat sinergis, melebihi secara esensial. Dalam intelegensi, indra adalah penting karena keduanya saling mempengaruhi.
Manusia itu mampu mengenal segala hal bagi dan dalam dirinya dan bukan dalam hubungan dengan kebutuhan-kebutuhannya yang pribadi dan langsung. Ia berhasil menerangkan hal-hal itu dengan berbagai macam cara dan cara tak terbatas, mengikat tanda kepada tanda dan uraian kepada uraian lain.
Sifak khas dari pancaindera adalah mencapai langsung kualitas ini atau itu dari objek konkret yang sedang ditunjukkan kepadanya, sedangkan sifat dari intelegensi menangkap kodrat objek dan tetap menyimpanya dalam dirinya sehingga dapat dipertimbangkan objek itu bagi dirinya baik objeknya masih ada atau tidak ada.

Perbedaan intelegensi dengan indera batin lainnya disebut sebagai estimasi dan kogitatif. Menangkap sesuatu objek berguna atau merugikan, bila melihat objek itu dengan menangkap tanpa arti fundamental itulah yang dilakukan oleh binatang dan anak kecil, sedangkan menangkap arti fundamentalnya itulah karakteristik intelegensi manusia dewasa.
Inderawi batin adalah ingatan dan imajinasi (daya membayangkan), namun Pancaindera hanya mengambarkan segi-segi material dan konkret serta divisualisasikan.

Perbedaan radikal antara pengetahuan manusia inderawi dengan hewan dalam fakta structural, mengetahuan inderawi manusia lebih diilhami oleh intelegensi sebagai tujuan.
Binatang hanya mampu menerapkan symbol-simbol itu pada situasi-situasi yang mirip dengan situasi semula. Insight yang dapat dilihat seekor Kera sama sekali tergantung pada situasi di mana muncul masalah. Ilmu yang disebut psikologi binatang berbicara tentang practical intelligence yang berkatnya hewan dapat memecahkan beberapa masalah yang melampaui kemampuan naluruinya. Ia tak sampai pada tingkat intelegensi konseptual.

Apa yang Bukan Seluruh Intelegensi Manusia
Intelegensi tidak bisa diidentikasikan dengan insight, yang terdiri dari apersepsi atau aprehensi tentang apa yang esensial dalam suatu realitas atau yang perlu dalam gejala.   Insight bukanlah merupakan keseluruhan kegiatan intelektual. Semua hal itu harus dibuktikan dan diverifikasikan melalui jalan penalaran atau refleksi.
Intelegensi bukan direduksi dengan kecakapan mengukur dan menghitung, intelegensi dan lawan intuisi, dalam arti suatu partisipasi dengan intim makhluk-makhluk, sesungguhnya intelegensi manusia meliputi integensi dan intuisi. Intelegensi tidak dapat diidentifikasi secara mutlak dengan kemampuan untuk memulihkan keseimbangannya melalui readaptasi diri dengan kenyataan, sebagai warisan bagi semua makhluk hidup dan dimiliki secara maksimal.

Sifat dan Objek Intelegensi Manusia
Intelligere berasal dari kata “intus” berarti dalam. Legere berarti membaca dan menangkap. Sehingga intellegere berarti “membaca “ dimensi dalam segala hal dan menangkap artinya yang dalam. Insight yaitu mengenal sebagai cirri khas dari intelegensi. Menjadi inteligen  sesungguhnya berarti menangkap apa yang fundamental pada jenis yang ini atau macam “ada” yang itu (mesin, makhluk hidup, binatang, manusia), berarti menangkap apa yang esensial dari suatu gejala (dari gerhana, daya sentrifugal, pasang surut), melihat apa yang hakiki dalam kegiatan ini atau itu (menahan, mengurangi, mengalihkan dan membagi).
Menurut Decartes bahwa roh justru memungkin untuk mencapai hakiakt sendiri dari realitas, sedangkan panca indera hanya memberitahukan kepada kita yang apa yang berguna atau apa yang merugikan dari hal-hal tersebut.
Menurut Psikologi kontemporer yang tidak memtentangkan intelegensi dengan pancaindera, tetapi membandingkan intelegensi orang dewasa dengan intelegensi anak, intelegensi orang dewasa dapat dikenal dengan objeknya, sedangkan intelegensi anak bersifat egosentris.
Intelek itu mencapai yang universal sedangkan pncaindera menyangkut hal-hal yang individual (Aristoteles).
Intelegensi manusia dewasa terletak pada objektivitasnya, orang dapat melihat hal-hak yang dalam pada dirinya sendiri. Tapi intelegensi bukan sekedar bersifat objektif. Intelegensi dapat mengenal hal-hal sebagaimana mereka ada dalam diri mereka sendiri, karena ia mencapai mereka secra mendalam.
 Intelegensi manusia bersifat objektif, mendalam, terstruktur juga mempunyai objek khas dari intelegensi manusia dewasa yang bersifat tak terbatas.
Objek dari intelegensi ialah “ada” yakni segala sesuatu ada, yang pernah ada dan mungkin akan ada baik berupaka kenyataan maupun khalayan atau hanya dikonsepsi saja.
Intelegensi manusia benar-benar memahami segala-galanya, lebih lebih segalanya secara sempurna, artinya tidak ada realitas apa pun yang secara principal tak dapat dicapainya dan bahwa tidak ada apa pun yang sedikitnya tak dapat menjadi objek penyelidikannya.
“Ada” menarik perhatian intelegensi dengan mempertimbangkan bahwa setiap kegiatan intelegensi mencapai objek-objek sejauh mereka menyangkut “ada”. Bila intelegensi ingin mengerti sesuatu, maka penyelidikannya akan mengenai “ada” (eksistensi) atau bagaimana objek itu ber-ada (esensi).
Segala penegasan, penilaian, kesimpulan dan penalaran kita didasarkan kepada beberapa prinsip:
1.     prinsip identitas,
2.     prinsip alasan yang mencukupi,
3.     prinsip kausalitas efisien,
Prinsip-prinsip tersebut bersifat eviden dari dirinya sendiri karena mereka tidak bisa disangkal tanpa dipergunakan sebagai alasan sangkalannya, mereka juga tidak bisa dibuktikan karena untuk membuktikan sesuatu harus digunakan suatu prinsip lebih fundamental daripada apa yang mau dibuktikan. Prinsip-prinsip di atas merupakan ”dinamisme dari ’ada’ dalam kegiatan intelektual kita. Seluruh aktivitas intelegensi kita tergantung pada prinsip-prinsip itu. Intelegensi kita menggunakan mereka lebih dari pada melihat mereka, dari aspek roh bisa dikatakan prinsip itu merupakan kehadiran yang menerangi intelegensi.

Kegiatan Intelegensi Manusia

   Intelegensi merupakan salah satu kemampuan manusia dan beroperasi dengan partisipasi semua kemampuan lain.
    Apa yang dimengertinya selalu dipahami.   
  Tak bisa memahami sesuatu secara mendalam dengan seketika, melainkan secara progresif, memerlukan waktu dan mengandaikan adanya intervensi yang konstan dari daya ingat.
   Intelegensi melalui aktivitas dinamisme intelektual  saja, perlu kehendak, keyakinan, keberanian dan kesabaran.
  Untuk dapat mengerti dibutuhkan bantuan dan kolaborasi, perlu informasi terhadap suatu objek, bimbingan penelitian, berpikir dalam hubungan dengan orang-orang lain.

Persepsi yaitu semacam pengetahuan sepontan prasadardan pra-pribadi tentang dunia di maka kita berada. Kegiatan kognitif yang disadari adalah munculnya pikiran dalam diri. Kegiatan yang terjadi di dalam dan di sekeliling dinamakan aprehensi.
Kebanyakan pertanyaan tak terjawab karena belum menemukan jawaban yang cocok, tetapi bila diadakan penelitian yang menghasilkan suatu insight yaitu suatu penangkapan suatu intuisi mengenai jawaban yang dicari. Insight berarti : ”aku telah menemukan, telah mengerti sakarang”. Dalam bahasa Archimedes ”Eureka!!”.
Insight adalah intelegensi yang berhasil menembus suatu data, menangkap eidosnya, bahwa intelegensi mampu mengandaian atau mengabstraksikan untuk menerangkan data sehingga jelas ciri-ciri pokoknya. Mengetahui segala hal sedalam mungkin, ia hendak memverifikasikan insight-nya  Dalam verifikasi inilah intelegensi manusia tampak bersifat diskursif, bernalar dan berpikir. Diskursif ” dis-currere” berarti berlari ke berbagai arah. Bernalar ”raisonner, to reason” berarti mengukur, menghitung, mengkalkulasikan. Berpikir ”penser” berarti menimbang, menyelidiki, membandingkan, menilai. Gerakan intelegensi terjadi menurut dua arah induksi dan deduksi. Penalaran mencapai tahan suatu putusan (seperti hakim membutusan perkara) ia bersifat autentik, maka putusan merupakan kegiatan pokok intelegensi.
Putusan lebih direfleksikan daripada persepsi, aprehensi dan insight, sebab tiada putusan autentik kecuali telah menyadari dasar pembenarannya. Salah satu tindakan refleksi yang paling menakjubkan dari intelegensi manusia adalah tindakan menyadari bahwa ia memiliki norma-norma yang berkatnya ia mampu mengeluarkan  putusan-putusan tentang segala sesuatu. Bagi para psikolog beriteligensi berarti mampu untuk menggunakan jenis bahasa, bahasa konseptual yang mengungkapkan  nama-nama benda atau simbol matematik  dan ilmiah. Bahasa itu akan digunakan setiap kali orang mengungkapkan apa yang unit dan khas pada dirinya.
Penelitian tentang intelegensi manusia membahasa kita pada pokok pangkal masalah, yaitu bahasa dan isyarat. Kata dan isyarat bagi kita tampak sebagai sarana komunikasi dan manifestasi diri terhadap orang lain, maka sekarang kita melihatnya sebagai sarana untuk mengungkapkan terhadap diri kita sendiri dan sebagai apa yang dituntut oleh status kita sebagai roh yang terjelmakan.

Kodrat Intelegensi Manusia
Menurut aliran sensualisme atau empirisme psikologi, masukan informasi lewat indralah tempat bergantungnya pengetahuan kita dan intelegensi kita. Sifat immaterial atau karakter transeden intelegensi  terhadap inderawi buka hanya muncul sebagai kesimpulan analisis filosofis, karena roh bukanlah sesuatu yang bersifat material. 

Intelegensi melewati batas-batas organis selalu diakui oleh filosuf besar. Keunggulan itu disebabkan karena intelegensi merupakan suatu keterbukaan dan kemampuan menerima yang murni, ia bersifat tak berubah dan mengandung norma-norma yang stabil. 

Jiwa ada dalam badan tetapi badanlah yang dikandung jiwa (Platinos). Tingkat tertinggi immaterialitas itu yang membedakan intelegensi secara esensial dari yang indrawi dinamakan spiritualistas. Yang awalnya hanya mimpi belaka, manusia bisa mewujudkannya sampai menjadi objek konkret.

Intelegensi suatu kemampuan yang dapat diisolir suatu penentuan aksidental atau sekunder, ia meresapi, mengkarakterisasikan dan mengspesialisasikan substansi. Haruslah diakui bahwa berkat intelegensilah manusia merupakan ”ada” yang terbuka dan tanpa batas.

Intelegensilah yang mendasari martabat yaitu kemampuan mutlak, yang mendasari otonomi dan kebebasannya. Manusia mampu untuk mengambil jarak terhadap sesuatu, menjatuhkan pendapat, menilai, memilih dan mengambil sikap dengan mengenal sebabnya.

Intelegensi adalah prinsip kekekalan dalam diri kita, kematian bukanlah kehancuran total, karena adanya roh yang tidak musnah bersama dengan daging. 

Walaupun saya sudah mencoba meringkas, materinya tetap banyak nih. Butuh waktu membaca beberapa kali untuk mengerti keseluruhan intinya. Semoga bisa dimengerti ya ringkasannya...
Disarikan dari modul kbk filsafat Untar.

2 komentar:

  1. iya emang banyak banget bahannya kok, zel hahaha tapi ringkasannya uda cukup dimengerti kok. 87 yaa ;)

    BalasHapus