Pertemuan kesembilan
Pada pertemuan ini kami ditugaskan untuk menyarikan materi dari buku dan membuat presentasi. Kelompok kami akhirnya mendapat giliran presentasi walaupun diakhir kelas dan sebelumnya sempat mengalami kendala teknis. Slide presentasi dan pertanyaan hasil presentasi akan di post setelah ini ya...
Materi Pembahasan
Kompleksitas Pengetahuan Manusia
Pengetahuan merupakan nilai bagi
makhluk yang mempunyainya dan merupakan suatu kekayaan dan kesempurnaan.
Ia dikatakan inderawi lahir atau luar kalau ia mencapai secara langsung kenyataan yang mengelilingi kita dan dinamakan indrawi batin ketika ia memperlihatkan pada kita apa yang tidak ada lagi atau yang belum pernah ada maupun yang terdapat di luar jangkauan kita.
Pengetahuan adalah perseptif
ketika ia muncul secara spontan, memungkinkan kita untuk menyesuaikan diri kita
secara langsung dengan situasi yang ada.
Pengetahuan adalah reflektif
ketika ia membuat objektif kodrat dari manusia realitas apa pun juga, dan
mengungkapkannya baik dalam bentuk ide, konsep, definisi dan putusan maupun
bentuk lambang, mitos atau karya seni.
Pengetahuan adalah diskursif
ketika ia memperhatikan suatu objek dari benda, kemudian suatu aspek yang
lain, pergi dan datang dari keseluruhan bagian-bagiannya.
Pengetahuan adalah induitif
ketika ia menangkap atau memahami secara langsung benda atau situasi
dalam salah satu aspeknya.
Berintiusi biasanya berarti melompat
dari suatu unsure atau tanda langsung ke kesimpulan. Langkah-langkah yang harus
dilewati berkat refleksi, deduksi dan analisis, antara titik tolak suatu maslah
dan pemecahannya, dilompati.
Pegetahuan adalah induktif
ketika ia menarik yang universal dari yang individual. Ia adalah deduktif ketika, sebaliknya, ia menarik yang
individual dari yang umum atau universal. Pengetahuan adalah kontemplatif ketika ia mempertimbangkan hal-hal
dalam dirinya sendiri dan untuk dirinya sendiri. Pengetahuan adalah spekulatif ketika ia mempertibangkan hal-hal dalam
ide-ide atau konsep-konsep tentang hal-hal itu. Pengetahuan adalah praktis kalau ia mempertimbangkan hal-hal tentang
pengunaannya.
Pengetahuan juga bersifat sinergis
apabila ia menggunakan seluruh keadaan dari subjek (yang sedang
mengetahui), keseluruhan yang dikoordinasikan dari anggota-anggotanya.
Karena kompleksitas pengetahuan maka tidak baik kalau pengetahuan manusia
direduksikan kepada salah satu caranya atau menekankan kepada salah satu caranya.
Pengetahuan bagi subjek
secara hakiki berupa bereksistensinya subjek dalam hubungan dengan sebuah
objek, sehingga objek itu dengan eksistensi dan kodratnya, menjadi hadir dan
nyata pada subjek.
Pengetahuan adalah kegiatan
yang menjadikan suatu realitas itu, bukan hanya kesadaran yang mengerti
kehadiran atau keberadaan hubungan antara subjek dan objek saja.
Arti Pengetahuan
Arti pengetahuan adalah suatu kegiatan yang
mempengaruhi subjek (yang mengetahui) dalam dirinya. Pengetahuan adalah suatu
ketentuan yang memperkaya dan mengembangkan eksistens. Mengetahui merupakan
kegiatan yang menjadikan subjek berkomunikasi secara dinamis dengan eksistensi
dan kondrat dari “ada” benda-benda. Pengetahuan dapat dikatakan pula relasional, membahas hubungan yang satu dengan
sesuatu yang lain. Pengetahuan bias dikatakan pula trans-subjektif,
menjadi kegiatan yang membuat orang keluar dari keterbatasan-keterbatasannya.
Andaikan
Pengetahuan
- Dari Segi Subjek
pengetahuan yang mencampai kesempurnaan
dikarakterisasikan oleh hal berikut:
- Keterbukaan, dapat
menjadi sadar akan eksistensi dan kodrat realitas.
- Kemampuan menyambut,
objek yang dikenal mempengaruhi eksistensi subjek sendiri dan tinggal
dalam bentuk gambar, ingatan dan ide.
- Interioritas,
adanya tempat dalam si pengenal dalam dirinya, semakin banyak interioritas
semakin banyak ia bisa ketahui.
Akar
asal semua karakter itu adalah dimensi supramaterial (immaterialitas) si
pengenal. Immaterialitas yang dinikmati suatu “pengada” merupakan akar dan
ukuran dari pengetahuan yang dikuasainya.
2.
Dari Segi Objek
Objek
menjadi yang dikenal, dengan menyatakan dirinya
pada salah satu pihak membuat kesan (atau mempengaruhi) subjek. Suatu
realitas bisa mempengaruhi lainnya, hanya sejauh ia distruktur, ditentukan,
sejauh ia mempunyai bentuk yang memberikan kepada fisionomi khasnya sehingga
dapat dibedakan dari yang lain.
Apakah
yang menyebabkan sesuatu menjadi diketahui, ialah bentuk atau esidosnya atau morphe
(Yunani) , species (Ltn), yang berarti aspek
dri satu benda dan apa yang dibentuk oleh benda itu dan apa yang memberikan
kepadanya dalam keadaan khas.
Bentuk dari suatu benda menunjukkan kepada kita orientasi, tujuan dan
arti benda itu. Dari bentunya benda
menerima baik “ada” maupun donamisme dari tujuan khas. Akibatnya mengerti
bentuk dalam arti eidos (konsep, gagasan) suatu objek adalah juga menangkap
orientasi dan signifikasi, adalah mengerti mengapa dan untuk apa dia dibuat.
Filosuf
kontemporer : pengetahuan sebagai tangkapan arti atau signifikansi suatu
keadaan, daripada tangkapan bentuknya, keduanya bersamaan saling melengakapi.
Watak kodrati pengetahuan manusia yang paling tinggi, yaitu pengetahuan
intelektif, maka perlu dilengkapi dengan “manusia mengerti”.
Bukan Intelegensi Manusia
Pengetahuan manusia adalah sekaligus indrawi dan intelektif. Akulah yang
berintelegensi dengan melihat dan yang melihat dengan intelegensi. .
Pengetahuan inderawi dan pengetahuan intelektif bersifat sinergis, melebihi
secara esensial. Dalam intelegensi, indra adalah penting karena keduanya saling
mempengaruhi.
Manusia itu mampu mengenal segala
hal bagi dan dalam dirinya dan bukan dalam hubungan dengan
kebutuhan-kebutuhannya yang pribadi dan langsung. Ia berhasil menerangkan
hal-hal itu dengan berbagai macam cara dan cara tak terbatas, mengikat tanda
kepada tanda dan uraian kepada uraian lain.
Sifak khas dari pancaindera adalah
mencapai langsung kualitas ini atau itu dari objek konkret yang sedang
ditunjukkan kepadanya, sedangkan sifat dari intelegensi menangkap kodrat objek
dan tetap menyimpanya dalam dirinya sehingga dapat dipertimbangkan objek itu
bagi dirinya baik objeknya masih ada atau tidak ada.
Perbedaan intelegensi dengan indera batin lainnya disebut sebagai
estimasi dan kogitatif.
Menangkap sesuatu objek berguna atau merugikan, bila melihat objek itu dengan
menangkap tanpa arti fundamental itulah yang
dilakukan oleh binatang dan anak kecil,
sedangkan menangkap arti fundamentalnya
itulah karakteristik intelegensi manusia dewasa.
Inderawi batin adalah ingatan dan imajinasi
(daya membayangkan), namun Pancaindera hanya mengambarkan segi-segi material
dan konkret serta divisualisasikan.
Perbedaan radikal antara pengetahuan manusia inderawi dengan hewan dalam
fakta structural, mengetahuan inderawi manusia lebih diilhami oleh intelegensi
sebagai tujuan.
Binatang
hanya mampu menerapkan symbol-simbol itu pada situasi-situasi yang mirip dengan
situasi semula. Insight yang dapat dilihat seekor Kera sama sekali
tergantung pada situasi di mana muncul masalah. Ilmu yang disebut psikologi
binatang berbicara tentang practical intelligence yang berkatnya hewan dapat
memecahkan beberapa masalah yang melampaui kemampuan naluruinya. Ia tak sampai
pada tingkat intelegensi konseptual.
Apa yang Bukan Seluruh
Intelegensi Manusia
Intelegensi tidak bisa
diidentikasikan dengan insight, yang terdiri dari apersepsi atau
aprehensi tentang apa yang esensial dalam suatu realitas atau yang perlu
dalam gejala. Insight
bukanlah merupakan keseluruhan kegiatan intelektual. Semua hal itu harus
dibuktikan dan diverifikasikan melalui jalan penalaran atau refleksi.
Intelegensi bukan
direduksi dengan kecakapan mengukur dan menghitung, intelegensi dan
lawan intuisi, dalam arti suatu partisipasi dengan intim makhluk-makhluk,
sesungguhnya intelegensi manusia meliputi integensi dan intuisi. Intelegensi tidak dapat diidentifikasi secara mutlak dengan
kemampuan untuk memulihkan keseimbangannya melalui readaptasi diri dengan
kenyataan, sebagai warisan bagi semua makhluk hidup dan dimiliki secara maksimal.
Sifat dan
Objek Intelegensi Manusia
Intelligere
berasal dari kata “intus” berarti dalam. Legere berarti membaca dan menangkap.
Sehingga intellegere berarti “membaca “ dimensi dalam segala hal dan menangkap
artinya yang dalam. Insight yaitu mengenal sebagai cirri khas dari intelegensi.
Menjadi inteligen sesungguhnya
berarti menangkap apa yang fundamental pada jenis yang ini atau macam “ada”
yang itu (mesin, makhluk hidup, binatang, manusia), berarti menangkap apa yang
esensial dari suatu gejala (dari gerhana, daya sentrifugal, pasang surut),
melihat apa yang hakiki dalam kegiatan ini atau itu (menahan, mengurangi,
mengalihkan dan membagi).
Menurut Decartes bahwa
roh justru memungkin untuk mencapai hakiakt sendiri dari realitas, sedangkan
panca indera hanya memberitahukan kepada kita yang apa yang berguna atau apa
yang merugikan dari hal-hal tersebut.
Menurut Psikologi kontemporer yang tidak memtentangkan intelegensi dengan
pancaindera, tetapi membandingkan intelegensi orang dewasa dengan intelegensi
anak, intelegensi orang dewasa dapat dikenal dengan objeknya, sedangkan
intelegensi anak bersifat egosentris.
Intelek
itu mencapai yang universal sedangkan pncaindera menyangkut hal-hal yang
individual (Aristoteles).
Intelegensi manusia dewasa terletak pada objektivitasnya, orang dapat melihat
hal-hak yang dalam pada dirinya sendiri. Tapi intelegensi bukan sekedar bersifat objektif. Intelegensi dapat
mengenal hal-hal sebagaimana mereka ada dalam diri mereka sendiri, karena ia
mencapai mereka secra mendalam.
Intelegensi manusia bersifat objektif,
mendalam, terstruktur juga mempunyai objek khas dari intelegensi manusia dewasa
yang bersifat tak terbatas.
Objek
dari intelegensi ialah “ada” yakni segala sesuatu ada, yang pernah ada dan
mungkin akan ada baik berupaka kenyataan maupun khalayan atau hanya dikonsepsi
saja.
Intelegensi manusia
benar-benar memahami segala-galanya, lebih lebih segalanya secara sempurna,
artinya tidak ada realitas apa pun yang secara principal tak dapat dicapainya
dan bahwa tidak ada apa pun yang sedikitnya tak dapat menjadi objek
penyelidikannya.
“Ada” menarik perhatian intelegensi
dengan mempertimbangkan bahwa setiap kegiatan intelegensi mencapai objek-objek
sejauh mereka menyangkut “ada”. Bila intelegensi ingin mengerti sesuatu, maka
penyelidikannya akan mengenai “ada” (eksistensi) atau bagaimana objek itu
ber-ada (esensi).
Segala
penegasan, penilaian, kesimpulan dan penalaran kita didasarkan kepada beberapa
prinsip:
1. prinsip identitas,
2. prinsip alasan yang mencukupi,
3. prinsip kausalitas efisien,
Prinsip-prinsip tersebut bersifat eviden
dari dirinya sendiri karena mereka tidak bisa disangkal tanpa dipergunakan
sebagai alasan sangkalannya, mereka juga tidak bisa dibuktikan karena untuk
membuktikan sesuatu harus digunakan suatu prinsip lebih fundamental daripada apa yang mau dibuktikan. Prinsip-prinsip
di atas merupakan ”dinamisme dari ’ada’
dalam kegiatan intelektual kita. Seluruh aktivitas intelegensi kita tergantung
pada prinsip-prinsip itu. Intelegensi kita menggunakan mereka lebih dari pada
melihat mereka, dari aspek roh bisa dikatakan prinsip itu merupakan kehadiran
yang menerangi intelegensi.
Kegiatan Intelegensi Manusia
Intelegensi merupakan salah
satu kemampuan manusia dan beroperasi dengan partisipasi semua kemampuan lain.
Apa yang dimengertinya selalu
dipahami.
Tak bisa memahami sesuatu
secara mendalam dengan seketika, melainkan secara progresif, memerlukan waktu
dan mengandaikan adanya intervensi yang konstan dari daya ingat.
Intelegensi melalui aktivitas
dinamisme intelektual saja, perlu
kehendak, keyakinan, keberanian dan kesabaran.
Untuk dapat mengerti dibutuhkan
bantuan dan kolaborasi, perlu informasi terhadap suatu objek, bimbingan
penelitian, berpikir dalam hubungan dengan orang-orang lain.
Persepsi
yaitu semacam pengetahuan sepontan prasadardan pra-pribadi tentang dunia di
maka kita berada. Kegiatan kognitif yang
disadari adalah munculnya pikiran dalam diri. Kegiatan yang terjadi di dalam
dan di sekeliling dinamakan aprehensi.
Kebanyakan pertanyaan tak
terjawab karena belum menemukan jawaban yang cocok, tetapi bila diadakan
penelitian yang menghasilkan suatu insight yaitu suatu penangkapan suatu
intuisi mengenai jawaban yang dicari. Insight berarti : ”aku telah menemukan,
telah mengerti sakarang”. Dalam bahasa Archimedes ”Eureka!!”.
Insight adalah
intelegensi yang berhasil menembus suatu data, menangkap eidosnya, bahwa
intelegensi mampu mengandaian atau mengabstraksikan untuk menerangkan data
sehingga jelas ciri-ciri pokoknya. Mengetahui segala hal sedalam mungkin, ia
hendak memverifikasikan insight-nya Dalam verifikasi inilah intelegensi
manusia tampak bersifat diskursif, bernalar dan
berpikir. Diskursif ” dis-currere”
berarti berlari ke berbagai arah. Bernalar
”raisonner, to reason” berarti mengukur, menghitung, mengkalkulasikan. Berpikir ”penser” berarti menimbang, menyelidiki,
membandingkan, menilai. Gerakan intelegensi terjadi
menurut dua arah induksi dan deduksi. Penalaran mencapai tahan suatu putusan (seperti hakim membutusan perkara)
ia bersifat autentik, maka putusan merupakan kegiatan pokok intelegensi.
Putusan lebih
direfleksikan daripada persepsi, aprehensi dan insight, sebab tiada putusan autentik
kecuali telah menyadari dasar pembenarannya. Salah satu tindakan refleksi yang
paling menakjubkan dari intelegensi manusia adalah tindakan menyadari bahwa ia
memiliki norma-norma yang berkatnya ia mampu
mengeluarkan putusan-putusan
tentang segala sesuatu. Bagi para psikolog beriteligensi berarti mampu untuk
menggunakan jenis bahasa, bahasa konseptual yang mengungkapkan nama-nama benda atau simbol
matematik dan ilmiah. Bahasa itu akan digunakan setiap kali orang
mengungkapkan apa yang unit dan khas pada dirinya.
Penelitian
tentang intelegensi manusia membahasa kita pada pokok pangkal masalah, yaitu bahasa
dan isyarat. Kata dan isyarat bagi kita tampak sebagai sarana komunikasi dan
manifestasi diri terhadap orang lain, maka sekarang kita melihatnya sebagai
sarana untuk mengungkapkan terhadap diri kita sendiri dan sebagai apa yang
dituntut oleh status kita sebagai roh yang terjelmakan.
Kodrat
Intelegensi Manusia
Menurut aliran sensualisme atau
empirisme psikologi, masukan informasi lewat
indralah tempat bergantungnya pengetahuan kita dan intelegensi kita.
Sifat immaterial atau karakter transeden intelegensi terhadap inderawi buka hanya muncul sebagai kesimpulan
analisis filosofis, karena roh bukanlah sesuatu yang bersifat material.
Intelegensi
melewati batas-batas organis selalu diakui oleh filosuf besar.
Keunggulan itu disebabkan karena intelegensi merupakan suatu keterbukaan dan
kemampuan menerima yang murni, ia bersifat tak berubah dan mengandung
norma-norma yang stabil.
Jiwa
ada dalam badan tetapi badanlah yang dikandung jiwa (Platinos). Tingkat
tertinggi immaterialitas itu yang membedakan intelegensi secara esensial dari
yang indrawi dinamakan spiritualistas. Yang awalnya hanya mimpi belaka, manusia bisa mewujudkannya sampai menjadi objek konkret.
Intelegensi
suatu kemampuan yang dapat diisolir suatu penentuan aksidental atau sekunder,
ia meresapi, mengkarakterisasikan dan mengspesialisasikan substansi. Haruslah diakui bahwa berkat intelegensilah
manusia merupakan ”ada” yang terbuka dan tanpa batas.
Intelegensilah
yang mendasari martabat yaitu kemampuan mutlak, yang mendasari otonomi dan
kebebasannya. Manusia mampu untuk mengambil jarak terhadap sesuatu,
menjatuhkan pendapat, menilai, memilih dan mengambil sikap dengan mengenal
sebabnya.
Intelegensi
adalah prinsip kekekalan dalam diri kita, kematian bukanlah kehancuran total,
karena adanya roh yang tidak musnah bersama dengan daging.
Walaupun saya sudah mencoba meringkas, materinya tetap banyak nih. Butuh waktu membaca beberapa kali untuk mengerti keseluruhan intinya. Semoga bisa dimengerti ya ringkasannya...
Disarikan dari modul kbk filsafat Untar.
iya emang banyak banget bahannya kok, zel hahaha tapi ringkasannya uda cukup dimengerti kok. 87 yaa ;)
BalasHapusThanks jeanny :3:3
Hapus