Penalaran
induksi adalah cara kerja ilmu pengetahuan yang bertolak dari sejumlah
proposisi tunggal atau partikular tertentu untuk menarik kesimpulan yang umum
tertentu.
Jadi, beberapa fakta yang ada kemudian dirumuskan menjadi proposisi
tunggal tertentu, kemudian ditarik kesimpulan yang dianggal sebagai benar dan
berlaku umum.
Walaupun begitu, kebenaran kesimpulan, baik berupa hukum atau teori ilmiah, harus dianggap bersifat sementara.
Walaupun begitu, kebenaran kesimpulan, baik berupa hukum atau teori ilmiah, harus dianggap bersifat sementara.
Jadi, meskipun dasarya adalah fakta-fakta yang menghasilkan
kesimpulan yang benar, namun kesimpulan yang ditarik belum tentu benar secara
mutlak.
Hal ini disebabkan ciri dasar berpikir induksi adalah selalu tidak lengkap.
Hal ini disebabkan ciri dasar berpikir induksi adalah selalu tidak lengkap.
Karena
biasanya kesimpulan yang ditarik berdasarkan fakta-fakta yang hanya mewakili
keseluruhan fakta (berasal dari sample)
Di satu pihak penalaran induksi memiliki persamaan dengan deduksi, yaitu kedua-duanya mendasari argumentasi-argumentasinya dari premis-premis yang mendukung kesimpulan.
Perbedaan mendasarnya, argumentasi dalam penalaran induksi
yang tepat akan mempunyai premis-premis yang benar, namun kesimpulannya dapat
salah.
Ciri-ciri penalaran induksi
- Hal ini disebabkan oleh argumentasi-argumentasi dalam penalaran induksi yang tidak membuktikan bahwa kesimpulan itu benar, karena hanya mengambil dari beberapa sample.
- Akibatnya, argumentasi-argumentasi yang terdapat dalam penalaran induksi tidak dinilai sebagai valid (sahih) atau invalid (tidak sahih), melainkan berdasarkan probabilitas.
- Karena itu, argumentasi induksi akan menjadi lebih kuat apabila jumlah kasus individualnya meningkat (diperbanyak).
Ciri-ciri penalaran induksi
1. Premis-premis dalam penalaran induksi
merupakan proposisi empiris yang berhubungan langsung dengan observasi indera. Indera menangkap dan akal
menerima.
2. Kesimpulan dalam
penalaran induksi lebih luas dari pada apa yang dinyatakan di dalam
premis-premisnya. Karena itu, pikiran tidak terikat
untuk menerima kebenaran kesimpulannya. Jadi menurut kaidah-kaidah logika
penalaran ini tidak sahih.
3.Meskipun kesimpulan induksi itu
tidak mengikat, akan tetapi manusia yang
normal akan menerimanya. Jadi dapat dikatakan
bahwa kesimpulan induksi itu memiliki kredibilitas rasional yang
disebut probabilitas.
Generalisasi induktif
Genaralisasi induktif merupakan proses penalaran berdasarkan pengamatan atas sejumlah gejala atu sifat-sifat tertentu(khusus) untuk menarik kesimpulan mengenai semua(umum).
Genaralisasi induktif merupakan proses penalaran berdasarkan pengamatan atas sejumlah gejala atu sifat-sifat tertentu(khusus) untuk menarik kesimpulan mengenai semua(umum).
Prinsipnya
adalah “ apa yang diterjadi beberapa kali dapat diharapkan akan selalu terjadi
apabila kondisi yang sama terpenuhi”.
Kesimpulan
dalam generalisasi itu hanya suatu harapan, kepercayaan, karena konklusi
penalaran induktif tidak mengandung nilai kebenaran yang pasti, akan tetapi
hanya berupa suatu probabilitas atau peluang.
Generalisasi didasarkan fakta-fakta tunggal yang diamati atau dialami.
Generalisasi didasarkan fakta-fakta tunggal yang diamati atau dialami.
Berikut ini merupakan
syarat-syarat generalisasi:
1.Generasilasi tidak terbatas secara
numerik. Artinya generalisasi tidak boleh terikat pada jumlah tertentu.
2.Generalisasi tidak terbatas secara “spasio-temporal”. Artinya generalisasi tidak boleh terbatas dalam ruang dan waktu.
3.Generalisasi harus dapat dijadikan dasar pengandaian.
2.Generalisasi tidak terbatas secara “spasio-temporal”. Artinya generalisasi tidak boleh terbatas dalam ruang dan waktu.
3.Generalisasi harus dapat dijadikan dasar pengandaian.
Analogi induktif
Anologi
berbicara mengenai dua hal yang berlainan, yaitu Persamaan
dan Perbedan, yang kemudian dibandingkan. Namun, ketika yang dilihat hanya aspek persamaannya
tanpa melihat perbedaan, maka timbullah analogi, yaitu persamaan
di antara dua hal yang berbeda.
Analogi dalam penalaran adalah
analogi induktif artinya suatu proses penalaran untuk menarik kesimpulan
tentang kebenaran suatu gejala khusus berdasarkan kebenaran gejala khusus lainnya yang memiliki
sifat-sifat esensial yang sama.
Yang terpenting dalam analogi induktif
adalah apakah persamaan yang dipakai sebagai dasar kesimpulan sungguh-sungguh
merupakan ciri-ciri esensial yang berhubungan erat dengan
kesimpulan yang dikemukakan.
• Beda dengan generalisasi induktif, dimana konklusinya berupa
proposisi universal.
• Penalaran induktif, konklusinya lebih luas daripada
premis-premis.
Prinsip dasar penalaran analogi induktif
adalah “Karena hal d analog dengan a, b, c, maka apa yang berlaku bagi a, b,
dan c dapat diharapkan berlaku juga untuk d.”
Faktor probabilitas
Kebenaran kesimpulan dalam
logika induktif, baik itu generalisasi maupun analogi induktif bersifat tidak
pasti.
Artinya,
bersifat masih kemungkinan. Jadi, kebenaran kesimpulan induksi selalu
terkait dengan tinggi rendahnya probabilitas.
Probabilitas adalah keadaan pengetahuan antara kepastian dan kemungkinan.
Probabilitas adalah keadaan pengetahuan antara kepastian dan kemungkinan.
Tinggi rendahnya
probabilitas kesimpulan induktif dipengaruhi oleh faktor:
Faktor fakta berkenaan dengan prinsip “semakin besar jumlah fakta yang dijadikan dasar penalaran induktif, akan semakin tinggi pula probabilitas konklusinya, dan sebaliknya”
Fakta analogi berkenaan dengan prinsip “Semakin besar jumlah faktor analogi di dalam premis, akan semakin rendah probabilitas konklusinya dan sebaliknya. Yang dimaksud dalam hal ini adalah faktor kesamaan.
Fakta disanologi terkait dengan prinsip “semkian besar faktor disanologi di dalam premis, akan semakin tinggi probabilitas konklusinya dan sebaliknya”. Yang dimaksud dengan faktor disanologi adalah faktor ketidaksamaan.
Faktor luas konklusi terkait prinsip “Semakin luas konklusinya, semakin rendah probabilitasnya dan sebaliknya”.
Faktor fakta berkenaan dengan prinsip “semakin besar jumlah fakta yang dijadikan dasar penalaran induktif, akan semakin tinggi pula probabilitas konklusinya, dan sebaliknya”
Fakta analogi berkenaan dengan prinsip “Semakin besar jumlah faktor analogi di dalam premis, akan semakin rendah probabilitas konklusinya dan sebaliknya. Yang dimaksud dalam hal ini adalah faktor kesamaan.
Fakta disanologi terkait dengan prinsip “semkian besar faktor disanologi di dalam premis, akan semakin tinggi probabilitas konklusinya dan sebaliknya”. Yang dimaksud dengan faktor disanologi adalah faktor ketidaksamaan.
Faktor luas konklusi terkait prinsip “Semakin luas konklusinya, semakin rendah probabilitasnya dan sebaliknya”.
Kesesatan Generalisasi dan Analogi
Selain faktor-faktor obyektif sebagaimana yang telah diungkapkan, tinggi rendahnya probabilitas suatu penalaran juga dipengaruhi faktor-faktor subyektif.
Faktor subyektif biasanya muncul dalam penelaran seseorang yang keberadaannya tidak disadari.
Namun apabila seseorang akan menerima bahwa penyimpulannya tidak sesuai dengan kaidah-kaidah penalaran jika ia dikritik serta dikorekasi.
Ketidaksesuaian dengan kaidah-kaidah penelaran akan membuat dan membawa manusia mengalamai kesesatan (fallacy)
Ada beberapa faktor yang menyebabkan kesesatan dalam penalaran induktif, yaitu:
Selain faktor-faktor obyektif sebagaimana yang telah diungkapkan, tinggi rendahnya probabilitas suatu penalaran juga dipengaruhi faktor-faktor subyektif.
Faktor subyektif biasanya muncul dalam penelaran seseorang yang keberadaannya tidak disadari.
Namun apabila seseorang akan menerima bahwa penyimpulannya tidak sesuai dengan kaidah-kaidah penalaran jika ia dikritik serta dikorekasi.
Ketidaksesuaian dengan kaidah-kaidah penelaran akan membuat dan membawa manusia mengalamai kesesatan (fallacy)
Ada beberapa faktor yang menyebabkan kesesatan dalam penalaran induktif, yaitu:
1.Faktor Tergesa-gesa
2.Faktor ceroboh
3.Faktor prasangka
Hubungan Sebab- Akibat
Hubungan sebab akibat
sebenarnya merupakan suatu hubungan yang intrinsik atau hubungan yang asasi
dalam pengertian hubungan yang sedemikian rupa sehingga apabila satu (sebab)
ada / tiada maka yang lain juga pasti ada / tiada.
Hubungan sebab akibat antara peristiwa-peristiwa dapat terjadi dalam tiga pola, yaitu:
Pola dari sebab ke akibat.
Pola dari akibat ke sebab.
Pola dari akibat ke akibat.
Hubungan sebab akibat antara peristiwa-peristiwa dapat terjadi dalam tiga pola, yaitu:
Pola dari sebab ke akibat.
Pola dari akibat ke sebab.
Pola dari akibat ke akibat.
Manfaat belajar Induksi:
•Manfaat logika
induktif: MEMBERIKAN PEMBENARAN ATAS KECENDERUNGAN manusia yg bersandar pada
kebiasaan.
•Memang tidak pernah bisa
merasa pasti atas kebenaran suatu kesimpulan induktif, tapi ada cara
tertentu dimana kita dpt menekan kemungkinan kesalahan.
Sehingga perlu
dihindari untuk menarik kesimpulan induktif dengan data yang masih minim,
tergesa-gesa, ceroboh dan hanya di landasi prasangka.
DEDUKSI
–Deduksi adalah suatu proses tertentu dalam proses itu akal budi kita
menyimpulkan pengetahuan yang lebih ‘khusus’ dari pengetahuan yang lebih ‘
umum’ . Hal yang lebih khusus itu sudah termuat secara implisit dalam
pengetahuan yang lebih umum.
–Induksi dan deduksi selalu berdampingan, keduanya
selalu bersama-sama dan saling memuat. Induksi tidak dapat ada tanpa deduksi.
Deduksi selalu di jiwai oleh induksi.
- Dalam proses memperoleh ilmu pengetahuan, induksi biasanya mendahuli deduksi.
- Sedangkan dalam logika biasanya deduksi yang terutama di bicarakan lebih dahulu. Deduksi di pandang lebih penting untuk latihan dan perkembangan pikiran.
- Sebagaimana yang telah diungkapkan bahwa penalaran dibedakan menjadi dua, yaitu tidak langsung dan langsung.
- Penalaran tidak langsung mencakup penalaran deduktif dan induktif.
- Penalaran deduktif ini selalu diungkapkan dalam bentuk silogisme.
- Silogismelah yang menjadi medium pengungkapkan penalaran deduktif.
- Silogisme adalah suatu bentuk argumentasi yang bertitik tolak pada premis-premis dan dari premis-premis itu ditarik suatu kesimpulan.
Jadi, penarikan
kesimpulan dengan cara ini yang didasarkan pada premis-premis yang sudah
diketahui.
Maksud dari premis-premis
itu untuk memberikan bukti bahwa kesimpulan itu benar.
Premis-premis dari suatu argumentasi deduktif yang tepat berisi semua bukti yang dibutuhkan untuk membuktikan kebenaran suatu kesimpulan.
Premis-premis dari suatu argumentasi deduktif yang tepat berisi semua bukti yang dibutuhkan untuk membuktikan kebenaran suatu kesimpulan.
Artinya, jika premis-premis benar, maka kesimpulan juga
harus benar.
Benar salahnya
kesimpulan deduktif berdasarkan rujukan realitas, argumentasi-argumentasi
deduktif yang memiliki kekhasan tersendiri.
Argumentasi-argumentasi deduktif dinilai lebih berdasarkan atas sahih (valid) atau tidak sahih (invalid).
Argumentasi-argumentasi deduktif dinilai lebih berdasarkan atas sahih (valid) atau tidak sahih (invalid).
Apa
yang dimaksud dengan kebenaran premis?
Premis dianggap
“benar” apabila sesuai dengan realitas. Sebaliknya premis dianggap “salah”
apabila tidak sesuai dengan realita.
Ciri-ciri silogisme
Ciri-ciri silogisme
Suatu argumentasi
disebut silogisme apabila mengikuti ciri-ciri sebagai berikut.
1. Semua pernyataannya (proposisi) adalah proposisi kategoris.
2. Terdiri dari dua premis dan sebuah kesimpulan.
3. Dua premis dan satu kesimpulan secara bersama-sama memuat tiga term
(kata) yang berbeda dan masing-masing trem tampak di dalam dua dari tiga
proposisi.
Argumentasi tersebut dinamakan silogisme bila argumentasi tersebut terdiri dari 3 ciri tersebut, dimana proposisi hubungan antara subyek dan predikat bersifat langsung, tanpa syarat. Dengan kata lain pengakuan predikat terhadap subyek bersifat langsung.
Argumentasi tersebut dinamakan silogisme bila argumentasi tersebut terdiri dari 3 ciri tersebut, dimana proposisi hubungan antara subyek dan predikat bersifat langsung, tanpa syarat. Dengan kata lain pengakuan predikat terhadap subyek bersifat langsung.
Silogisme biasanya terdiri dari dua premis dan satu
kesimpulan, yaitu premis mayor, Premis minor dan kesimpulan. Silogisme juga terdiri
dari ketiga term yang berbeda (term mayor, term minor dan term menengah), serta
masing-masing term muncul dalam dua dari tiga proposisi.
Sumber: Slide power point pembelajaran dari dosen terkait
Sumber: Slide power point pembelajaran dari dosen terkait
isinya lengkap zel, 90 ya nilainya
BalasHapusmakasi dinda {}
HapusBagus dan lengkappp! 90 buat kamuuu;)
BalasHapusmakasi stepp
Hapus