Selasa, 11 November 2014

Final Project KBK Penulisan Ilmiah



Pemimpin dengan Kepemimpinan yang Ideal

Latar Belakang
Setiap kelompok memiliki pemimpin yang bertugas untuk mengarahkan tiap anggota. Ada beberapa cara yang umum dilakukan baik dalam menentukan pemimpin maupun saat pemimpin melakukan perannya. Cara-cara tersebut akan memengaruhi kinerja anggota dan kemajuan kelompok. Dengan memperhatikan tiap-tiap cara secara saksama, maka akan didapat pemimpin yang tepat untuk menjalankan kepemimpinan yang efektif.

Definisi Pemimpin dan Kepemimpinan
Definisi pemimpin. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2014), pemimpin diartikan sebagai seorang yang memimpin sebuah kelompok. Selain itu, pemimpin juga merupakan seorang yang dapat mempengaruhi serta mengatur perilaku anggotanya dalam mencapai tujuan kelompok (Luthfi, Saloom, dan Yasun, 2009).
Definisi kepemimpinan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2014), kepemimpinan adalah perihal pemimpin ataupun cara memimpin. Sedangkan menurut Sarwono (2005) kepemimpinan juga adalah bagian proses dari memimpin sebuah kelompok agar tiap anggotanya dapat bekerja sama mencapai tujuan.

Karakteristik Pemimpin
Ditinjau dari teori "Great Person". Teori ini mengemukakan orang tertentu yang memiliki kepribadian unik adalah yang ditakdirkan untuk memimpin. Hal ini dapat diketahui melalui (a) kemampuan berkontribusi merealisasikan tujuan kelompok, (b) dapat menjalin hubungan antarpribadi dengan baik, dan (c) mempunyai motivasi untuk berprestasi (Sears, Freedman, & Peplau, 1994).
Ditinjau dari pendekatan situasi. Komunikasi adalah hal yang penting dalam mengendalikan situasi. Oleh karena itu, tanpa mengamati karakteristik individualnya, seseorang bisa menjadi pemimpin jika dapat mengendalikan komunikasi dalam kelompok (Sears et al., 1994).

Teori-teori Kepemimpinan
Sarwono (2005) mengungkapkan empat teori pendekatan kepemimpinan sebagai berikut: (a) teori dengan pengaruh kekuasaan, merupakan teori yang dikemukakan oleh French dan Raven, bahwa kepemimpinan bersumber pada kekuasaan dalam kelompok saja; (b) teori bakat, memandang sifat karisma atau wibawa menjadi hal yang utama terjadinya kepemimpinan; (c) teori perilaku, yang memandang penting hubungan perilaku pemimpin dengan struktur atau organisasi kelompok; dan (d) teori situasional, yang berintikan hubungan antara perilaku pemimpin dengan situasi disekitarnya. Jadi, perilaku pemimpin mungkin merupakan hasil dari situasi atau menjadi penentu situasi (Sarwono, 2005).

Sifat yang Menunjang Kepemimpinan
Gerungan (2002) mengemukakan tiga sifat yang perlu dimiliki pemimpin, yaitu: (a) presepsi sosial, sifat kepekaan terhadap kebutuhan kelompok dengan memahami sikap anggotanya; (b) mampu berpikir abstrak, memiliki intelegensi yang tinggi agar dapat merumuskan cara mencapai tujuan kelompoknya; dan (c) mempunyai emosi yang stabil serta positif, memampukan pemimpin bertindak dengan tepat.
Selain itu, Widjaja (dikutip dalam Luthfi et al., 2009, h.108) mengemukakan "bahwa seorang pemimpin harus memberi contoh tauladan pada bawahannya dalam segala segi, serta pemimpin yang baik adalah pemimpin yang mempunyai kesederhanaan. Kesederhanaan dapat diartikan: tidak angkuh, anak buah dianggap anak sendiri, penyantun, dan menyelami pergaulan mulai dari atas sampai bawahan".

Tugas Seorang Pemimpin
Secara umum, tugas pemimpin adalah merealisasikan tujuan dengan mengusahakan kerja sama yang produktif dan membuat strategi khusus. Ruch (dikutip dalam Gerungan, 2002) merumuskan tiga tugas utama pemimpin, yaitu: (a) dapat memberikan struktur pemecahan masalah, pemimpin harus memprioritasikan hal terpenting serta mengarahkan fokus anggota pada tujuan kelompok; (b) mengawasi dan menyalurkan tingkah laku kelompok, pemimpin mampu mengarahkan anggotanya dalam mematuhi aturan kelompok dengan menggunakan sistem hukuman dan penghargaan serta menjadi panutan bagi anggota dalam bersikap; dan (c) menjadi juru bicara kelompoknya, pemimpin sebagai penyambung lidah dalam menerangkan tujuan ataupun harapan kelompoknya ke dunia luar.


Cara Memimpin yang Ideal
Pemimpin perlu menganalisa cara yang tepat untuk mengaplikasikan cara memimpin pada kelompoknya karena tiap-tiap cara akan sangat memengaruhi kinerja kelompok.
Menurut eksperimen Lewin, Lippit, dan White. Dari eksperimen tersebut, didapati tiga cara memimpin, yaitu: (a) cara otoriter, adalah ketika pemimpin mengambil alih seluruh perencanaan kegiatan kelompok, sedangkan anggotanya tidak mengetahui hal tersebut secara jelas; (b) cara demokratis, saat pemimpin  melibatkan anggota dalam melakuakan pekerjaan dari awal hingga selesai; dan (c) cara laissez faire, yang melimpahkan seluruh pekerjaan pada anggota sehingga pemimpin hanya mengawasi saja (dikutip dalam Gerungan, 2002).
Kepemimpinan group-center leadership. Pandangan ini dimunculkan oleh kaum dinamika kelompok. Kaum ini mendamaikan pandangan antara semua orang dewasa dapat bergantian menjadi pemimpin dan kepemimpinan yang bergantung pada satu-dua orang tertentu. Model kepemimpinan ini mengutamakan pemimpin yang mengedepankan kepentingan kelompok. Kepemimpinan dapat dipelajari karena merupakan keseluruhan dari keterampilan (skill) dan sikap (attitude) dalam menjalankan tugas memimpin. Pemimpin yang dipilih berarti dipercayai dapat mewujudkan tujuan kelompoknya Kepemimpinan juga (Gerungan, 2002).
Kepemimpinan dari segi sosiologis dan geografis. Pemimpin harus memiliki sandaran-sandaran kemasyarakatan atau sosial basis. Pemimpin tidak hanya harus bersosialisasi dengan baik, tetapi juga dapat menyesuaikan diri dengan budaya masyarakat yang dipimpinnya, yang disebut cultural focus. Pola kepemimpinan harus disesuaikan dengan keadaan lingkungan serta kebiasaan dari kelompok yang dipimpin. Contohnya, dalam masyarakat tradisional, pemimpin perlu menjalin hubungan pribadi dengan masyarakat. Akan tetapi, pemimpin harus lebih memperhatikan kebijaksanaan-kebijaksanaan rasional apabila memimpin di kota-kota besar (Ahmadi, 1999).
Kiat sukses dalam memimpin. Agar dapat sukses menjalankan kepemimpinan, pemimpin sebaiknya memiliki (a) kesadaran diri akan tanggung jawab, (b) kemauan serta keinginan yang kuat untuk melakukan tugas, (c) keyakinan yang teguh atau percaya pada kemampuan diri, (d) persiapan yang sempurna, dan (e) latihan yang cukup atau pembiasaan diri (Ahmadi, 1999).

Simpulan
Kepemimpinan yang ideal adalah ketika pemimpin dapat menjalankan tugas dengan baik. Pemimpin harus mengarahkan anggotanya agar kooperatif dalam mencapai tujuan bersama. Selain mengedepankan kepentingan kelompok, pemimpin juga perlu mengerti karakteristik tiap anggota dan lingkungan yang dipimpinnya. Kepemimpinan yang ideal tidak hanya diperoleh dari bakat alami pemimpin, namun juga dengan mempelajari cara yang paling sesuai untuk diterapkan.


Daftar Pustaka

Ahmadi, A. H. (1999). Psikologi sosial. Jakarta: Rineka Cipta.
Gerungan, W. A. (2002). Psikologi sosial (edisi ke-2). Bandung: Refika Adimata.
Kemdikbud. (2014). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Diunduh dari http://kbbi.web.id/pimpin.
Luthfi, I., Saloom, G., & Yasun, H. (2009). Psikologi sosial. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN.
Sarwono, S. W. (2005). Psikologi sosial: Psikologi kelompok dan psikologi terapan. Jakarta: Balai Pustaka.
Sears, D. O., Freedman, J.L., & Peplau, L. A. (1994). Psikologi sosial (edisi ke-5, M. Adryanto, Penerj.). Jakarta: Erlangga.

Kamis, 06 November 2014

Latihan 17 KBK Penulisan Ilmiah- Doa Dalam Kristen


Doa Dalam Kristen

Pengertian Doa Dalam Kristen
     Pengertian doa menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia. Menurut KBBI (2014), doa adalah permohonan (harapan, permintaan, pujian) kepada Tuhan, sedangkan berdoa adalah mengucapkan (memanjatkan) doa kepada Tuhan.
     Pengertian kristen menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia. Menurut KBBI (2014), kristen adalah agama yang disampaikan oleh Kristus (Nabi Isa).
     Jadi, doa dalam kristen berarti memanjatkan permohonan kepada Tuhan (Allah Bapa) sesuai dengan ajaran yang Yesus Kristus sampaikan.

Tujuan berdoa
     Doa untuk hidup. Doa memberikan kekuatan. Manusia tanpa doa akan menjadi tidak berdaya (White, 2005). "Doa itulah napas jiwa. Doalah rahasia kuasa rohani. Tiada karunia lain yang dapat menggantikannnya dan sementara itu kesehatan jiwa tetap terpelihara" (White, 2005, h. 231).
     Doa sebagai kebutuhan manusia. Semua orang perlu berdoa. Berdoa memungkinkan manusia yang sudah bedosa ini untuk memanjatkan permohonan kepada Allah melalui doa. Tidak ada satu saat pun dimana manusia dapat aman dengan tidak berdoa. Persekutuan dengan Allah sangat penting bagi kesehatan rohani serta dapat mendatangkan hikmat yang dibutuhkan manusia untuk mengambil keputusan (White, 2005).
  
Alasan Untuk Berdoa
     Manusia berdoa dengan banyak latar belakang. Beberapa hal yang dapat mendorong manusia untuk berdoa antara lain (a) untuk dapat mengerti tentang kebenaran, (b) untuk mendekatkan diri dengan Bapa, (c) untuk membantu manusia mengalahkan godaan, (d) untuk memperkuat keyakinan atau iman percaya, (e) untuk mendapatkan kebijaksanaan, dan (f) dapat mengubah karakter (White, 2012).

Cara Menaikan Doa
     Dalam berdoa, manusia menunjukkan keterbatasannya. Manusia harus menyatakan dengan terbuka keadaannya yang sebenarnya, walaupun Allah sudah mengetahui segala sesutu mengenai dirinya. Karena itu, manusia bukanlah memberitahu suatu hal yang baru untuk Allah, melainkan kita meminta petunjuk dan persetujuan Allah. Selain itu, doa bukanlah dipanjatkan panjang-panjang atau dengan suara keras di tempat terbuka, tetapi secara singkat dan jelas di tempat yang tenang (White, 2005).

Sikap Yang Berkenan Dalam Berdoa
     Dalam berdoa, manusia sepatutnya menunjukkan penghormatan yang sejati kepada Allah. Hal ini ditunjukkan dengan sebisa mungkin berlipat tangan dan berlutut ketika berdoa. Selain itu, menjaga sikap dan kelakuan, baiklah kita berhati-hati dalam menyebutkan Namanya yang besar dan menjaga kekudusan tempat ibadah, tempat yang Allah biasanya hadir (White, 2005).

Doa Yang Dijawab
     White (2005) menerangkan bahwa "tiap-tiap doa yang dipersembahkan dengan tekun akan mendapat jawaban. Boleh jadi jawabannya tidak tepat seperti yang kamu harapkan; tetapi akan datang ia pada jalan dan waktu yang paling baik untuk memberi keperluanmu" (h. 232). Jadi, setiap orang yang berdoa dengan sungguh-sungguh akan mendapat perhatianNya. Apapun yang kita minta akan diberikanNya sesuai dengan rencanaNya.

Kuasa Doa
     Segala kerinduan hati dapat manusia sampaikan melalui doa. Doa memberikan kekuatan untuk menghadapi godaan setiap hari. Doa dapat memelihara manusia yang memohon pertolongan dengan tidak berkesudahan. Allah menjanjikan pemberian berupa segala kuasa kemurahanNya bagi manusia yang mau berjalan denganNya selalu (White, 2005). “Orang kristen yang hatinya tetap pada Allah tidak akan bisa dikalahkan. Tidak ada akal bulus apapun yang bisa membinasakan hatinya yang damai” (White, 2005, h.231).

Doa Bapa Kami
     Saat masih berada di Bumi, Yesus Kristus mengajarkan sebuah doa bagi manusia yang mana setiap bagian doa tersebut mempunyai arti khusus.
Bapa kami yang di sorga. Dengan mengucapkan hal ini, Kristus menekankan bahwa manusia adalah bagian dari keluarga Allah (White, 1960).
Dikuduskanlah namaMu. Setelah manusia menerima kebenaran dan kasih Allah, manusia memuliakan Bapa melalui tindakan yang patut (White, 1960).
Datanglah kerajaanMu. Hal yang akan terjadi di masa mendatang ini adalah  suatu jaminan yang pasti (White, 1960).
Jadilah kehendakMu di bumi seperti di sorga. Pernyataan ini menekankan bahwa kekuasaan Allah tidak terbatas (White, 1960).
Berilah pada hari ini makanan kami yang secukupnya. Kata ‘kita’ menunjukkan kepedulian akan kebutuhan sesama manusia dan kata ‘pada hari ini’ menunjukan keinginan Allah agar manusia bergantung padaNya tiap-tiap hari (White, 1960).
Ampunilah kesalahan kami seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami. Pengampunan akan Allah berikan jika manusia telah mengampuni manusia yang lain, karena kasih yang manusia terima haruslah ditunjukkan dengan mengasihi sesama (White, 1960).
Jangan membawa kami ke dalam pencobaan tetapi lepaskanlah daripada yang jahat. Hal buruk terjadi bukanlah dari Allah, tetapi diijinkan Allah terjadi untuk kebaikan manusia sendiri (White, 1960).
Karena Engkau yang empunya kerajaan dan kuasa dan kemuliaan sampai selama-lamanya. Hal ini menunjukkan pengakuan manusia akan kekuatan dan kekuasaan Allah melebihi dari segala sesuatu (White, 1960).

Simpulan
Dalam agama kristen, doa adalah kebutuhan. Tujuan doa adalah untuk meminta kekuatan padaNya, karena diluar Allah manusia tidak berdaya. Doa akan selalu mendatangkan manfaat bagi manusia, karena doa memiliki kuasa. Segala doa yang dipanjatkan dengan setulus hati akan mendapat perhatianNya. Doa yang Kristus ajarkan sudah mencakup hal tersebut.

Daftar Pustaka

Kemdikbud. (2014). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Diunduh dari  http://kbbi.web.id/Kristen.
Kemdikbud. (2014). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Diunduh dari http://kbbi.web.id/doa.
White, E. G. (1956). The Lord's prayer. Thoughts from the mouth of blessing (pp. 102-122). Washington, DC: Review And Herald.
White, E. G. (2005). Dalam Indonesia Publishing House (Ed.), Amanat kepada orang muda (edisi ke-6, h. 229-234). Bandung: Indonesia Publishing House.