Minggu, 28 September 2014

Manusia dan afektivitas


 Pertemuan kedelapan sesi pertama


Afektivitas manusia sangatlah kompleks.
Afektivitas adalah hal yang membedakan manusia dengan tumbuhan dan hewan.
Afektivitas adalah hal yang membuat manusia sungguh-sungguh ada/ membuktikan keberadaan manusia.  Karena dengan mendalami perasaannyalah manusia terlihat hadir di dunia.

Dengan afeksi, manusia berpartisipasi dengan orang lain/ menjalin hubungan sosial. Juga manusia terdorong untuk mencintai, mengabdi, dan menjadi kreatif.
Dengan kata lain,  hampir semua perilaku manusia didasarkan pada afeksinya.


Ada 2 kutub yang saling bertentangan mengenai afeksi:
Pertama adalah afeksi mengarah pada objek karena subjek menyukainya,
Dan yang kedua adalah afeksi berpaling dari objek karena subjek menganggapnya suatu hal yang buruk.
Cinta merupakan buah afektivitas positif, sementara benci merupakan buah afektifitas negatif.
Ada yang disebut cinta utilitaris, yaitu cinta yang timbul karena subjek merasakan kegunaan yang diberikan objek kepadanya.

Sikap subjek dapat ditentukan secara afektif oleh subjeknya. Ada pula pembedaan “perasaan dan emosi”. Pembedaan beberapa hal disebut hasrat-hasrat jiwa.
Meninjau dari ciri khas kebenaran adalah afektivitas yang disebut suasana hati.
Orang bersuasana hati baik bila semua kemampuannya bekerja dengan baik.

Apa yang bukan perbuatan afektif?
Cinta membuktikan dirinya dalam perbuatan-perbuatan. Sehingga cinta-lah yang pendahului segala perbuatan.
Afektivitas sering disamakan dengan kesanggupan merasa. Namun afektivitas lebih dalam dan tak hanya tentang merasa, melainkan juga mengangkut spiritual.

Apa yang merupakan kegiatan afektif?
Hidup afektif/ afektivitas adalah seluruh perbuatan afektif yang dilakukan subjek sehingga subjek ditarik oleh objek, maupun sebaliknya.
Perbuatan afektif sedikit mirip dengan perbuatan mengenal karena dianggap hal ital. Padahal keduanya berbeda. Perbuatan afektif adalah aktif karena membuka hati, sementara perbuatan mengenal adalah pasif saja.

Terjadinya tiap perbuatan selalu diperkuat dengan adanya ikatan kesamaan. Hal kesamaan berarti adanya rasa bersatu dalam perasaan dan pikiran.
Sementara hal kesenangan merupakan perasaan yang dialami subjek jika ia memiliki keadaan lebih baik dengan objek yang dituju.

Catatan tentang cinta akan diri, sesama, dan Tuhan.
Cinta akan diri tidaklah salah. Banyak orang menyamakannya dengan egoisme. Padahal, cinta akan diri sendiri dapat ditemukan ketika seseorang dengan sungguh-sungguh mencintai orang lain.
Jadi, orang yang bisa mencintai orang lain pasti akan mencintai dirinya sendiri.
Semetara orang egois adalah orang yang hanya mengambil untung dari apa saja/ orang lain.
Kemudian, jika kita mencintai Tuhan dengan seluruh jiwa dan hati, tidaklah hal ini sama dengan kita mengasingkan/ tidak memperdulikan diri kita sendiri. Tuhan tidak meminta kita melakukan hal seperti itu. Tuhan itu transenden(melampaui kita) dan imanen(tetapi dekat pula). Mencintai sesama juga merupakan wujud mencintai Tuhan.
St. Agustinus: Tuhan adalah pokok pangkal kepribadian kita masing-masing dan dasar dalam mana suara manusia saling berkomunikasi.
Artinya, jika kita mencintai diri, bukan berarti melawan Tuhan. Dan makin kita mendekatkan diri dengan oranglain, makin kita sendiri mendekati Tuhan.

Sumber: Slide power point dosen terkait.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar