Pemimpin dengan
Kepemimpinan yang Ideal
Latar Belakang
Setiap kelompok memiliki
pemimpin yang bertugas untuk mengarahkan tiap anggota. Ada beberapa cara yang
umum dilakukan baik dalam menentukan pemimpin maupun saat pemimpin melakukan
perannya. Cara-cara tersebut akan memengaruhi kinerja anggota dan kemajuan
kelompok. Dengan memperhatikan tiap-tiap cara secara saksama, maka akan didapat
pemimpin yang tepat untuk menjalankan kepemimpinan yang efektif.
Definisi Pemimpin dan Kepemimpinan
Definisi pemimpin. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (2014), pemimpin diartikan sebagai seorang yang memimpin sebuah kelompok.
Selain itu, pemimpin juga merupakan seorang yang dapat mempengaruhi serta
mengatur perilaku anggotanya dalam mencapai tujuan kelompok (Luthfi, Saloom,
dan Yasun, 2009).
Definisi kepemimpinan.
Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia (2014), kepemimpinan adalah perihal pemimpin ataupun cara
memimpin. Sedangkan menurut Sarwono (2005) kepemimpinan juga adalah bagian proses
dari memimpin sebuah kelompok agar tiap anggotanya dapat bekerja sama mencapai
tujuan.
Karakteristik Pemimpin
Ditinjau dari teori
"Great Person". Teori ini mengemukakan orang tertentu yang memiliki kepribadian unik adalah yang ditakdirkan untuk
memimpin. Hal ini dapat diketahui melalui (a) kemampuan berkontribusi merealisasikan
tujuan kelompok, (b) dapat menjalin hubungan antarpribadi dengan baik, dan (c)
mempunyai motivasi untuk berprestasi (Sears, Freedman, & Peplau, 1994).
Ditinjau dari pendekatan
situasi. Komunikasi adalah hal yang penting dalam mengendalikan situasi. Oleh
karena itu, tanpa mengamati karakteristik individualnya, seseorang bisa menjadi
pemimpin jika dapat mengendalikan komunikasi dalam kelompok (Sears et al., 1994).
Teori-teori Kepemimpinan
Sarwono (2005) mengungkapkan empat teori pendekatan
kepemimpinan sebagai berikut: (a) teori dengan pengaruh kekuasaan, merupakan
teori yang dikemukakan oleh French dan Raven, bahwa kepemimpinan bersumber pada
kekuasaan dalam kelompok saja; (b) teori bakat, memandang sifat karisma atau
wibawa menjadi hal yang utama terjadinya kepemimpinan; (c) teori perilaku, yang
memandang penting hubungan perilaku pemimpin dengan struktur atau organisasi
kelompok; dan (d) teori situasional, yang berintikan hubungan antara perilaku
pemimpin dengan situasi disekitarnya. Jadi, perilaku pemimpin mungkin merupakan
hasil dari situasi atau menjadi penentu situasi (Sarwono, 2005).
Sifat yang
Menunjang Kepemimpinan
Gerungan (2002) mengemukakan tiga sifat yang perlu
dimiliki pemimpin, yaitu: (a) presepsi sosial, sifat kepekaan terhadap
kebutuhan kelompok dengan memahami sikap anggotanya; (b) mampu berpikir
abstrak, memiliki intelegensi yang tinggi agar dapat merumuskan cara mencapai
tujuan kelompoknya; dan (c) mempunyai emosi yang stabil serta positif,
memampukan pemimpin bertindak dengan tepat.
Selain itu, Widjaja (dikutip dalam Luthfi et al., 2009,
h.108) mengemukakan "bahwa seorang pemimpin harus memberi contoh tauladan
pada bawahannya dalam segala segi,
serta pemimpin yang baik adalah pemimpin yang mempunyai kesederhanaan.
Kesederhanaan dapat diartikan: tidak angkuh, anak buah dianggap anak sendiri,
penyantun, dan menyelami pergaulan mulai dari atas sampai bawahan".
Tugas Seorang Pemimpin
Secara umum, tugas pemimpin adalah merealisasikan tujuan
dengan mengusahakan kerja sama yang produktif dan membuat strategi khusus. Ruch
(dikutip dalam Gerungan, 2002) merumuskan tiga tugas utama pemimpin, yaitu: (a)
dapat memberikan struktur pemecahan masalah, pemimpin harus
memprioritasikan hal terpenting serta mengarahkan fokus anggota pada
tujuan kelompok; (b) mengawasi dan menyalurkan tingkah laku kelompok, pemimpin
mampu mengarahkan anggotanya dalam mematuhi aturan kelompok dengan menggunakan
sistem hukuman dan penghargaan serta menjadi panutan bagi anggota dalam bersikap; dan (c) menjadi juru bicara kelompoknya, pemimpin
sebagai penyambung lidah dalam menerangkan tujuan ataupun harapan kelompoknya
ke dunia luar.
Cara Memimpin yang
Ideal
Pemimpin perlu menganalisa cara yang tepat untuk mengaplikasikan
cara memimpin pada kelompoknya karena tiap-tiap cara akan sangat memengaruhi
kinerja kelompok.
Menurut eksperimen Lewin,
Lippit, dan White. Dari eksperimen tersebut, didapati tiga cara memimpin,
yaitu: (a) cara otoriter, adalah ketika pemimpin mengambil alih seluruh
perencanaan kegiatan kelompok, sedangkan anggotanya tidak mengetahui hal
tersebut secara jelas; (b) cara demokratis, saat pemimpin melibatkan anggota dalam melakuakan pekerjaan
dari awal hingga selesai; dan (c) cara laissez
faire, yang melimpahkan seluruh pekerjaan pada anggota sehingga pemimpin
hanya mengawasi saja (dikutip dalam Gerungan, 2002).
Kepemimpinan group-center leadership. Pandangan ini dimunculkan oleh kaum
dinamika kelompok. Kaum ini mendamaikan pandangan antara semua orang dewasa
dapat bergantian menjadi pemimpin dan kepemimpinan yang bergantung pada
satu-dua orang tertentu. Model kepemimpinan ini mengutamakan pemimpin yang mengedepankan
kepentingan kelompok. Kepemimpinan dapat dipelajari karena merupakan keseluruhan
dari keterampilan (skill) dan sikap (attitude) dalam menjalankan tugas
memimpin. Pemimpin yang dipilih berarti dipercayai dapat mewujudkan tujuan kelompoknya
Kepemimpinan juga (Gerungan, 2002).
Kepemimpinan dari
segi sosiologis dan geografis. Pemimpin harus memiliki sandaran-sandaran
kemasyarakatan atau sosial basis. Pemimpin tidak hanya harus bersosialisasi
dengan baik, tetapi juga dapat menyesuaikan diri dengan budaya masyarakat yang
dipimpinnya, yang disebut cultural focus.
Pola kepemimpinan harus disesuaikan dengan keadaan lingkungan serta kebiasaan
dari kelompok yang dipimpin. Contohnya, dalam masyarakat tradisional, pemimpin
perlu menjalin hubungan pribadi dengan masyarakat. Akan tetapi, pemimpin harus
lebih memperhatikan kebijaksanaan-kebijaksanaan rasional apabila memimpin di
kota-kota besar (Ahmadi, 1999).
Kiat sukses dalam
memimpin. Agar dapat sukses menjalankan kepemimpinan, pemimpin sebaiknya memiliki
(a) kesadaran diri akan tanggung jawab, (b) kemauan serta keinginan yang kuat
untuk melakukan tugas, (c) keyakinan yang teguh atau percaya pada kemampuan
diri, (d) persiapan yang sempurna, dan (e) latihan yang cukup atau pembiasaan
diri (Ahmadi, 1999).
Simpulan
Kepemimpinan yang ideal adalah ketika pemimpin dapat menjalankan tugas dengan baik. Pemimpin harus mengarahkan anggotanya agar
kooperatif dalam mencapai tujuan bersama. Selain mengedepankan kepentingan
kelompok, pemimpin juga perlu mengerti karakteristik tiap anggota dan
lingkungan yang dipimpinnya. Kepemimpinan yang ideal tidak hanya diperoleh dari
bakat alami pemimpin, namun juga dengan mempelajari cara yang paling sesuai
untuk diterapkan.
Daftar Pustaka
Ahmadi,
A. H. (1999). Psikologi sosial. Jakarta:
Rineka Cipta.
Gerungan, W. A. (2002). Psikologi sosial (edisi ke-2). Bandung:
Refika Adimata.
Kemdikbud.
(2014). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Diunduh
dari http://kbbi.web.id/pimpin.
Luthfi,
I., Saloom, G., & Yasun, H. (2009). Psikologi
sosial. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN.
Sarwono,
S. W. (2005). Psikologi sosial: Psikologi kelompok dan psikologi
terapan. Jakarta: Balai Pustaka.
Sears,
D. O., Freedman, J.L., & Peplau, L. A. (1994). Psikologi sosial (edisi ke-5, M. Adryanto, Penerj.). Jakarta:
Erlangga.